Karena ketekunannya dalam beribadah dan menuntut ilmu, Nabi Idris
dikaruniai Allah SWT pengetahuan yang luas dan dalam. Dialah manusia
pertama yang menulis dengan pena serta satu-satunya Nabi yang tinggal di
surga tanpa mengalami kematian.
Nabi Idris lahir di Munaf, sebuah daerah di Mesir. Dia adalah
keturunan ke enam Nabi Adam, dari Yazid bin Mihla’iel bin Qinan bin
Syits. Dia kakek bapak Nabi Nuh AS. Nabi Syits mengajarkan Idris membaca
Shafiah. Allah SWT menurunkan 30 Shahifah kepada Nabi Idris AS yang
berisi petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya (keturunan Qabil yang
durhaka kepada Allah).
Idris kecil mempelajari Shafiah dengan tekun, karena kesukaannya membaca itulah, ia mendapat gelar “Idris”, yang artinya orang yang tekun belajar. Dia belajar membaca dan menulis tanpa mengenal waktu dan tempat. Dia menjadi Nabi pertama yang menulis dengan Pena yang terbuat dari batu kerikil. Tidak mengherankan bila Allah menganugerahkan ilmu pengetahuan yang luas.
Beliaulah yang mula-mula pandai ilmu hitung dan ilmu bintang, dan
beliau pula manusia pertama yang merancak kuda, menggunting pakian yang
terbuat dari kulit binatang dan menjahitnya.
Dia mempunyai kekuatan yang hebat dan bertabiat gagah berani,
sehingga diberi julukan “Asadul Usud”, artinya Singa dari segala Singa.
Dia tidak pernah lalai sedikitpun dari mengingat Allah, walau sedang
sibuk menghadapi persoalan penting sehari-hari. Hingga Allah memberikan
derajat yang tinggi padanya.
Seperti halnya Nabi Adam dan Nabi Syits, Nabi Idris juga menerima
Wahyu Allah melalui Malaikat Jibril yang berupa 30 Shahifah yang berisi
petunjuk untuk disampaikan kepada Umatnya. Beliau di utus berdakwah
kepada umat keturunan Qabil. Umat ini telah bersikap durhaka kepada
Allah. Mereka menimbulkan berbagai bencana dan kerusakan di muka bumi.
Oleh Nabi Idris orang-orang ini diajak salat, puasa dan bersedekah.
Tapi, keturunan Qabil ini tak mau mendengar ajakan menuju kebaikan
itu. Mereka malah menghina dan mengejek Nabi Idris. “Hidup kami sudah
enak, senang dan serba cukup, kenapa engkau mengganggu kami? Tanya
beberapa orang penting dari kaum itu.
“Ajaranmu aneh, kami tak membutuhkannya!” sahut yang lain. “Lebih baik engkau hidup sendiri bersama Tuhanmu.”
Begitulah tantangan dakwah Nabi Idris selama puluhan tahun
menyebarkan ajaran kebenaran. Hanya beberapa gelintir orang yang mau
mengikutinya. Sebagian besar dari mereka lebih suka mengikuti hawa
nafsunya sendiri.
Karena keturunan Qabil semakin menentang ajaran Idris, Allah
memerintahkan Nabi Idris meninggalkan mereka dan membawa pengikutnya
yang setia dan mau beriman kepada Allah untuk menyelamatkan diri. Karena
Allah akan menurunkan azab kepada umat yang durhaka itu.
Begitu Nabi Idris dan pengikutnya meninggalkan negeri itu, datanglah
azab yang dijanjikan Allah. Paceklik merajalela, pertanian gagal, ternak
mati, akhirnya umat yang sesat itupun mati bergelimpangan karena
kelaparan.
Sebaliknya, Nabi Idris dan orang-orang beriman yang mengikutinya diselamatkan Allah dari bencana yang mengerikan itu.
No comments:
Post a Comment